Selasa, 08 April 2014

I'm Craving For A Change...

Keledai belajar dari pengalaman cukup sekali tetapi bangsa Indonesia tidak belajar dari pengalaman seribu satu kali. Politik itu ada dua, yaitu Perjuangan Lahir Batin dan Perjuangan Bisnis untuk menambah Villa atau Kapal Pesiar. Dahulu founding father tidak puas dengan sistem Volksraad yang didirikan kolonial Belanda, kemudian datang Jepang yang dikira akan benar menjadi saudara kita. Tapi aneh 3,5 tahun di bawah mereka pendahulu kita bisa sampai berpakaian dengan serabut nanas dan ribuan perempuan jadi budak seks.
Tentara Jepang pada mulanya berpikir bahwa apa yang mereka lakukan itu benar, apa yang mereka lakukan untuk kebaikan rakyat dan seluruh Asia . Demikian Kaigun (Angkatan Laut) membawa harga diri bangsa Jepang ke langit Ke-7 di Perang Laut Tsusima 1905. Waktu berlalu hingga banyak anggota Kaigun Jepang sadar bahwa negaranya adalah penjajah, melalui tangan dan pikiran mereka negaranya merenggut kemerdekaan orang-orang Jawa, Batak, Sunda, Melayu, Bugis. Kesadaran tidak langsung berubah menjadi tindakan tetapi tidak ada tindakan lahir tanpa kesadaran.
Tan Malaka dari sejak dahulu sudah berperang secara pikiran dan politik di Jepang melawan kaum fasis-kapitalis. Inilah buah yang dihasilkan, dimana Kaigun menjadi alat pendobrak bagi kemerdekaan kita, ketika Rikugun (AD Jepang) terus menjadi anjing yang taat. Kaigun sengaja tidak melawan saat pemuda-pemuda revolusioner mengambil senjata-senjata, bahkan beberapa kesatuan menyerahkan senjata-senjata itu untuk para pemuda dengan berlaku seolah menyerah atau pergi hanya demi menjaga harga diri Indonesia. Mereka telah mengkhianati perintah birokrasi di Tokyo, hingga Maeda dipenjara untuk itu. Kaigun memberikan kita modal mula-mula untuk melawan Inggris-Belanda.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, itu yang dipercaya founding father, yaitu bangsa yang tidak menyerah oleh pilihan yang disediakan “penjajah” tetapi membuat pilihannya sendiri. Jika sistem pemerintahan yang mengasingkan dirinya dari rakyat itu, dengan rakyat berpartisipasi hanya dalam pemilu bisa menjadi solusi, apa bedanya dengan Volksraad? Dimanakah darah leluhur pelaut kita itu? Darah para penjelajah Samudera dan Benua. Apakah Bangsa Indonesia itu bangsa yang begitu lemahnya dan harus menyerah pada pilihan yang bukan pilihan? Apakah mereka memang masih saja inlander yang membuat “pilihan terbaik diantara yang terburuk”.
Kukatakan bangsa ini harus beranjak dari jamban menuju langit ke-7. Kakek leluhur kita yang tidak sekolah, yang hanya tahu berlayar dengan memperhatikan alamnya, yang hanya tahu mencangkul karena itu menghasilkan tanaman, tanpa dia mengerti apa itu unsur hara, apa itu perbedaan suhu yang mengakibatkan angin laut dan darat mengatakan teori yang menjadi hakikat alam semesta: “Bisa Karena Biasa”.  Lalu banyak “orang pintar” berkata “Kembali kepada kesadaran kita masing-masing”. “Orang pintar” banyak juga berharap mereka yang terbiasa dengan cara-cara lama untuk merubahnya dengan jutaan ajakan.
Bagaimana mungkin “Pa Sukiman” misalnya akan merubah cara dia bekerja dalam mengatur arsip dan stempel izin dengan sukarela, karena cara baru itu tidak biasa. Dia biasa dengan cara lama dan sudah nyaman dengan itu. Tidak ada satu pun manusia bahkan binatang yang merubah cara-cara lama yang sudah dia anggap nyaman dengan cara-cara baru secara sukarela. Kalau begitu premis pertama dari leluhur kita itu keliru, yaitu: “Bisa Karena Biasa”. Segala makhluk dari hewan sampai manusia merubah kebiasaan lama menuju kebiasaan baru hanya oleh force, baik force makhluk lain atau lingkungannya dimana Darwin mengucapkan kata ADAPTASI. Benarlah jutaan omongan sampah dari “orang pintar” bertebaran di “pesta rakyat” 2014.
Semua Revolusi ditentukan oleh momentum, tetapi tidak semua momentum menjadi sebuah revolusi. Momentum hanya terjadi ketika rakyat yakin pada orang yang memimpin. Momentum hanya terjadi ketika rakyat kita sudah menyerah pada cara lama dan mengharapkan cara baru. Momentum Revolusi Sosialis adalah ketika mereka tidak selalu berharap pada pemerintah (birokrasi) tetapi pada kekuatan mereka sendiri. Momentum Revolusi Sosialis adalah ketika mereka sudah berkata “cukup!” dalam pikirannya hingga tangannya pun berkata “cukup!” hingga mengangkut pacul dan sekop melawan meriam.
Angkatan 98″ sudah berakhir seiring dengan berakhirnya metode tambal-sulam yang disebut reformasi. Ketika trukmu sudah berkarat, waktu, tenaga dan biaya yang kamu habiskan saat berkendara dengan truk itu lebih besar ketimbang kamu beli truk baru. Rakyat ingin truk baru sekarang, mereka hanya butuh pemimpin yang kuat dan jelas. Angkatan 98, membuktikan ketidakmengertiannya tentang gerak evolusi sejarah, dengan hanya mengejar posisi menteri, anggota dpr dll, itu bodoh! Dengan demikian mereka menunjukkan dirinya lemah. Pemimpin Revolusi harus menunjukkan dirinya seribu kali lipat lebih kuat dari semua pemimpin The Rulling Class. Ini pelajaran sejarah kemerdekaan dan mereka masih juga tidak mengerti. Seperti di kalangan murid Yesus ada yang menjual gurunya demikian di kalangan sosialis banyak Yudas Iskariot. Kita harus hati-hati!
Jangan tertipu dengan KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan mereka yang rajin ke Gereja, kamerad! Tidak ada seorang Kristen pun yang percaya Tuhan. Jangan pula percaya dengan kambing-kambing berjanggut yang sibuk membuat fatwa itu! Karena mereka sampai sekarang tidak mengangkat senjata membubarkan semua pengadilan di muka bumi ini. Tidak ada satu pun dari mereka percaya dengan surga, karena tidak ada satu pun dari mereka siap mati untuk membubarkan pengadilan di seluruh muka bumi. Supaya genaplah “Janganlah Engkau Menghakimi Sesamamu Manusia” itu, orang itu sudah mati di generasi para rasul.
Jika manusia tidak bisa menakar lebih jauh dari Hukum (Law) maka disitulah dia sudah menyerupai babi di kandang. Tidak mungkin ada keluar terminologi “KEMERDEKAAN” dalam kertas-kertas, buku-buku, prasasti-prasasti. Tidak mungkin Tuhan-Tuhan yang hidup, macam kaisar, putra langit, putra matahari, putra apa pun itu, bisa kita lempar ke tong sampah sejarah. Tidak mungkin ada yang namanya Maeda dan Kaigun dalam sejarah kita. Tidak mungkin ada yang namanya Sneevliet dan Meneer-Meneer AL Surabaya dalam sejarah kita.
Mengapa kita harus merdeka? Mengapa rakyat Perancis harus membunuh Louis beserta seluruh keluarganya? Itu karena perwakilan yang ditawarkan bukanlah pilihan. Commune Paris berdiri atas reaksi kondisi lama yang berkamuflase untuk membuat politik kembali menjadi bisnis. Mereka dihancurkan dengan pertumpahan darah. Mereka gagal tetapi mereka telah menapaki satu kilometer kemajuan yang hendak kita capai selama ribuan tahun, yaitu berhasil membuat kommune rakyat. Berapa banyak tender yang nanti harus diserahkan oleh PDIP, Gerinda, PKS dan partai jamban lainnya kepada broker mereka? Sampai seratus tahun lagi Freeport akan seperti itu.
Seandainya saja Freeport bisa kita rebut berapa banyak kapal-kapal modern Inggris, Jepang dan AS yang bisa kita beli? Kita suruh insinyur-insinyur bongkar itu semua, apa yang dibutuhkan untuk membuat kembali kapal-kapal seperti itu maka kita beli. Berapa banyak pelabuhan bisa kita buat? Berapa banyak Galangan-galangan kapal bisa kita ciptakan? Berapa banyak nelayan-nelayan akan memiliki kapal-kapal modern untuk menangkap ikan?
Berapa banyak uang mereka yang dihisap pemilik modal besar yang dapat dibagikan diantara mereka semua? Berapa banyak rumah sakit tanpa kelas namun kualitas VIP semua bisa kita buat? Berapa banyak sekolah yang bisa kita buat dengan fasilitas modern? Berapa banyak guru-guru dungu yang bisa kita didik ulang? Berapa banyak jurusan-jurusan sampah di Universitas bisa kita ganti dengan jurusan-jurusan baru yang menjawab masalah?
“Ayo bangsa Indonesia dengan jiwa yang berseri-seri mari berjalan terus, jangan berhenti! Revolusimu belum selesai, jangan berhenti! Sebab siapa yang berhenti akan diseret oleh sejarah dan siapa yang menentang sorakan araknya sejarah, tidak perduli tiada bangsa apa pun, dia akan digiling, digilas oleh sejarah itu sama sekali.”
“… Hey seluruh bangsa Indonesia tetap tegakkanlah kepalamu, jangan mundur, jangan berhenti, tetap derapkanlah kakimu di muka bumi! jikalau ada kalanya, saudara-saudara merasa bingung. Jikalau ada kalanya, saudara-saudara hampir berputus asa. Jikalau ada kalanya saudara-saudara kurang mengerti jalannya revolusi kita yang memang kadang-kadang seperti bahtera di lautan badai yang mengamuk ini. Kembalilah kepada sumber Amanat Penderitaan Rakyat kita yang coherent dengan conscious of man, kembalilah kepada sumber itu, sebab disanalah saudara akan kembali menemukan kembali realnya Revolusi… Lalu kita camkan pada rakyat perlunya Revolusi Sosialisme!"
http://manifestosenja.com/2014/03/golput-kewajiban-revolusi-bangkitkan-ksatria-nusantara/#sthash.6CuZrOst.dpuf (Source)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar